11 Februari 2011

 Guys, jaman sekarang dan masa depan, bukan selembar kertas pengakuan dari Universitas atau Sekolah Tinggi yang akan membuat seseorang itu sukses dan diakui kehebatannya. Bukan pula titel di depan atau dibelakang nama....
Tetapi, kompetensi dalam bidang yang di-ampu-nyalah sebenarnya yang mengantarkan seseorang ke puncak kesuksesan dan pengakuan. Saya terhenyak sesaat setelah seorang rekan mengirim sms ke saya, yang isinya "Cepat buka TVone, bagus sekali!". Saya yang sebenarnya malas, terpaksa menghidupkan tv, dan melihat.

Saya sangat surprised ketika di TV ada liputan khusus tentang Indonesia Gemilang. Disitu diperlihatkan bagaimana anak-anak dibawah umur (mereka semua dibawah 15 tahun!), dapat menciptakan antivirus, game edikasi untuk ponsel dan situs jejaring sosial yang telah memiliki 5.700 member! WOW! Saya hanya bisa menganga melihat mereka. Mereka dinobatkan pembuat software TERMUDA DIDUNIA.

Saya jadi teringat saat saya di DO (drop out) dari sebuah universitas. Saat itu, menurut saya kuliah bukan segalanya dan akhirnya saya lebih mementingkan kerja.
Tahun demi tahun saya jalani dengan melihat teman-teman saya lulus kuliah. Tapi toh saya cuek saja. Dan akhirnya, saya menjadi guru TIK dan seorang I.T yang cukup handal (hehehehe).

Di dunia I.T juga dikenal seorang anak muda jenius yang juga hasil pecatan dari sebuah perguruan tinggi terkenal di USA. Yah, sapa lagi kalau bukan Mark Zuckerberg, sang pendiri Facebook.


Ada juga beberapa orang sukses tanpa ijazah lainnya di Indonesia. Simak yang berikut ini :


Andy F. Noya

PimRed Metro TV ini belum lulus sarjana… Satu hal yang menarik, Andy sebenarnya adalah orang teknik. Sejak lulus SD Sang Timur di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini sekolah di Sekolah Teknik Jayapura lalu melanjutkan ke STM Jayapura. “Tetapi sejak kecil saya merasa jatuh cinta pada dunia tulis menulis. Kemampuan menggambar kartun dan karikatur semakin membuat saya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidup saya,” tutur Andy.


Bob Sadino
Bob Sadino lahir dari sebuah keluarga yang hidup berkecukupan. Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Sewaktu orang tuanya meninggal, Bob yang ketika itu berumur 19 th mewarisi seluruh harta kekayaan keluarganya karena saudara kandungnya yang lain sudah dianggap hidup mapan. Bob kemudian menghabiskan sebagian hartanya untuk berkeliling dunia dan tidak melanjutkan kuliah. Dalam perjalanannya itu, ia singgah di Belanda dan menetap selama kurang lebih 9 t. Di sana, ia bekerja di Djakarta Lylod di kota Amsterdam dan juga di Hamburg, Jerman. Ketika tinggal di Belanda itu, Bob bertemu dengan pasangan hidupnya, Soelami Soejoed.

Pada th 1967, Bob dan keluarga kembali ke Indonesia. Ia membawa serta 2 Mercedes miliknya, buatan tahun 1960-an. Salah satunya ia jual untuk membeli sebidang tanah di Kemang, Jakarta Selatan sementara yang lain tetap ia simpan. Setelah beberapa lama tinggal dan hidup di Indonesia, Bob memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya karena ia memiliki tekad untuk bekerja secara mandiri.


M. H. Ainun Najib
 Emha Ainun Nadjib hanya tiga bulan kuliah, Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Selebihnya Beliau jadi pengembara ilmu di luar sekolah hingga dia bisa jadi manusia dengan bermacam sebutan (multifungsi)


Bagaimana dengan Anda?

4 komentar:

  1. keeerreeeennnn!!!!
    siapa rekan yang megirim sms????????kok g disebut namanya?????? hehehehhehehe..........

    BalasHapus
  2. hahahahaha.....ndak usah wesss....nanti dia ikut tenar, wkwkwkwkwkwkwk.......
    tapi terimakasih aja buat yang ngirim sms. sehingga saya bisa menulis artikel ini.

    BalasHapus
  3. hehehehhee....sumber inspirasi berarti tu orang.......

    BalasHapus
  4. Indonesia kita memang merepotkan mas, kalau ada yang tidak mampu setingkat S3, ya maksa agar dapat job tuk S3-an, kalau gak dapat Ijazah SMA, ya maksa agar diluluskan, kalau sudah S3 atau Golongan IV d-e ya maksa agar dapat job. Coba kalau gak jadi polisi? Ya tidak kuasa menangkap orang bersalah/tidak bersalah, Coba kalau tidak jadi Jaksa, ya tidak kuasa menuntut orang yang melanggar hukum/tidak melanggar hukum, coba kalau tidak jadi Hakim, ya tidak bisa memutuskan sesorang bersalah apa tidak. Yang benar memang jadi diri sendiri....cuma ya gitu...kita dikerjain orang yang punya kuasa terus menerus...sampek ada berita seseorang menerima uang dalam jumlah besar di rekeningnya tanpa tau itu uang apa dan siapa....kita yang mungkin punya uang di bank (gak peduli sedikit atau banyak)malah kena potongan...lah kok ada yang kemasukan uang, apa iya teler bank bisa keliru mencet nomor rekening untuk uang yang jumlahnya besar? apa iya komputernya kena hack? Aku cuma kirim 73 ribuan...tak lihat berkali-kali apa no rekening tujuan sudah benar....Aneh kan Indonesia kita ini?

    BalasHapus